ANGGOTA PAPMISO YANG KONSISTEN DALAM RASA
Komsen Jatiasih - www.bukankelanakuliner.com
Mengunjungi tempat makan apalagi favoritnya orang Indonesia seperti warung bakso, maka kita tambah percaya bahwa bangsa ini termasuk salah pengkonsumsi daging sapi terbesar di dunia. Coba saja kita bayangkan, bila setiap harinya orang Indonesia yang makan bakso di satu warung bakso bisa mencapai 200 orang. Tak perduli dia makan satu porsi atau dua porsi.
Dan jika di satu kecamatan ada sedikitnya rata-rata 50 warung bakso. Maka total seluruh Indonesia yang mempunyai 330 kabupaten dengan masing-masing rata-rata ada10 kecamatan maka sedikitnya ada 50 warung bakso x 10 kecamatan x 330 kabupaten maka berarti ada 165.000 warung bakso.
Jadi bila setiap harinya ada rata-rata 100 orang (atau biar lebih mudah hitung saja jadi rata-rata 50 orang) belanja bakso di setiap warungnya maka total jumlah orang yang makan bakso setiap harinya di seluruh Indonesia adalah 50 orang x 165.000 warung = 8.250.000 orang per hari.
Bisa dibayangkan berapa banyak bakso yang dikonsumsi per harinya di seluruh Indonesia, jika setiap orangnya makan 1 porsi saja, setidaknya 8.250.000 porsi mangkok bakso. Angka yang fantastis bukan? Wajar saja bila Indonesia termasuk satu bangsa pemakan daging sapi dalam bentuk meat ball atau bakso terbesar di dunia.
Lepas dari masalah berapa banyaknya orang Indonesia yang makan bakso sapi (belum termasuk bakso ikan dan bakso ayam loh?), kali ini kulinerkuliner.com mengunjungi satu tempat warung bakso di kawasan Bekasi yang menjadi anggota Pamiso (Paguyuban Pedagang Mie Bakso) milik Tehbotol. Namanya Bakso AG Komsen Jatiasih yang lokasinya tepat di depan GIANT Komsen Jatiasih dekat pintu tol.
Warung bakso ini termasuk salah satu warung bakso yang lumayan lama di kawasan kota Bekasi. Bakso Komsen 44 adalah salah satu warung bakso yang pertama kali berdiri di kawasan pertigaan Komsen Jatiasih di tahun 1993. Dinamakan 44 karena pada saat itu, pertigaan Komsen jadi tempat mangkalnya angkot 44 (mikrolet) yang masih ada sampai sekarang setelah gerbang tol jatiasih dibuka.
Sang pemilik bakso Komsen 44 Jatiasih yang sudah buka semenjak bujangan di simpang tiga ini adalah bapak Sipan. Kini lelaki yang sudah menikah dengan gadis dari daerah kelahirannya Nganjuk telah memiliki 2 orang putri. "Saya memulai buka warung bakso setelah sebelumnya saya bekerja ikut orang berjualan Bakso Malang," kenang Sipan, lelaki kelahiran Nganjuk 10 Oktober 1973 ini kepada kulinerkuliner.com
Setelah bekerja beberapa tahun ikut orang lain, ia mulai berinisiatif untuk buka warung bakso sendiri, namun bukan jenis yang sama. Sipan malah membuat bakso dengan konsep dan selera yang disesuaikan dengan selera orang Bekasi, khususnya para supir Angkot 44 yang suka mangkal di simpang tiga Komsen jatiasih.
Dengan bermodalkan uang hasil jerih payah keringatnya bekerja dengan orang lain sebesar Rp 13.000.000,- Sipan yang kini telah memiliki 2 warung bakso di kawasan yang sama Komsen Jatiasih. Jarak antara 1 warung dengan warung lainnya hanya terpaut 100 meter ini justru memilik pasar yang berbeda.
"Bila warung bakso 44 Komsen Jatiasih, harganya lebih murah 1000 rupiah dibandingkan dengan warung yang di sini," ungkap Sipan mengenai kiatnya buka warung bakso di tempat yang tak jauh beda. Warung Bakso AG Komsen Jatiasih lebih ditujukan kepada pelanggan yang masuk kelas menengah atas. "Memang kebanyakan pelanggannya bermobil atau paling nggak ya bermotor lah," jelas Sipan yang tampil selalu kalem ini. Lelaki yang telah lama hijrah ke kota Bekasi sejak tahun 1990-an ini sengaja membuat perbedaan kelas antara kedua warung baksonya.
Warung Bakso 44 Komsen Jatiasih yang juga termasuk anggota Pamiso memang lebih banyak dikunjungi orang-orang sekitar seperti para sopir angkot atau para pejalan kaki dan warga sekitar. Hal ini dikarenakan lokasinya yang tepat di tikungan pertigaan, jadi baik mobil maupun motor sering kelewatan untuk bisa melihat warung baksonya.
Warung Bakso 44 Komsen Jatiasih yang juga termasuk anggota Pamiso memang lebih banyak dikunjungi orang-orang sekitar seperti para sopir angkot atau para pejalan kaki dan warga sekitar. Hal ini dikarenakan lokasinya yang tepat di tikungan pertigaan, jadi baik mobil maupun motor sering kelewatan untuk bisa melihat warung baksonya.
Justru dari situlah, warung baksonya terkenal di kalangan warga setempat dan profesi supir maupun tukang ojeg. Biarpun begitu, pelanggan setianya yang mempromosikan dan selalu menceritakan tentang kelezatan bakso buatan lelaki yang telah jadi anggota Pamiso sejak tahun 1997 ini.
Bicara masalah pembuatan bakso, Sipan mengakui bahwa dirinya hanya membuat bakso dari daging sapi asli dengan perbandingan 1 kg daging dengan 1/4 kg sagu. Termasuk bakso uratnya yang sangat terkenal di kalangan warga Bekasi sebagai bakso yang bukan saja lezat tapi juga murah meriah. Itulah sebabnya Sipan masih memepertahankan harga seporsi baksonya hanya Rp 7.000,-/mangkok. Busyet murah amir?
Sedangkan warung bakso AG Komsen jatiasih per porsinya yang paling murah adalah Rp 8.000,- Tapi coba kita hitung berapa omzetnya per hari. Untuk warung bakso 44 Komsen Jatiasih dia bisa menjual sedikitnya 100 mangkok sampai 200 mangkok. Atau senilai Rp 700.000,- sampai dengan 1,4 juta per harinya. Tidak demikian halnya dengan warung bakso AG yang masih baru dan belum genap 1 tahun. Sedikitnya bisa mencapai 800 ribu rupiah, dan di akhir pekan seperti Sabtu dan Minggu, Sipan mengaku bisa meraih 1 juta hingga 1,6 juta per harinya. Weleh... ternyata omzet dagang bakso lumayan gurih ya segurih rasa bakso pak Sipan, yang kini sudah punya 5 orang karyawan.
Sepertinya rahasi sukses pak Sipan adalah di kualitas dan kelezatan baksonya yang tetap konsisten mulai dari pertama kali buka hingga sekarang. Kelezatan daging baksonya karena menggunakan daging sapi asli dan bumbu-bumbu yang alami. Ia mengakui tidak menggunakan pengawet serta pengenyal sama sekali. Baginya usia baksonya tidak bisa bertahan lama. Bila tidak laku biasanya hanya bisa bertahan 3 hari saja. Padahal kalau ia menggunakan pengawet bisa 5 sampai 7 hari. Tapi ia tak mau menggunakannya karena akan mengurangi rasa gurih dan lezatnya.
Sipan sendiri mengakui di awal tahun 1995 ketika isyu penggunaan borax pada bakso, dia mengalami kerugian. Tapi setelah masyarakat mulai kembali percaya dan media membantunya bahwa baksonya memang tak menggunakan bahan pengawet terlarang, secara perlahan uasahanya bangkit. Itulah liku-liku berdagang. Saat ada satu dua pedagang yang curang, eh yang kena getahnya seluruh pedagang bakso yang jujur dan tak berbuat curang.
"Isyu lain juga ada mas," tambah Sipan, "Waktu isyu ada bakso dari daging tikus. Tapi sebenarnya itu tak pernah ada. Mana ada orang bikin bakso dari daging tikus yang sulit dicarinya. Padahal daging sapi saja masih banyak. Itu benar-benar bohong untuk merugikan pedagang bakso Mas!" ujarnya dengan sedikit emosi.
Namun bila kita ingin mengetahui asli tidaknya bakso daging sapi, kita bisa melihat bentuk dan tekstur baksonya. Atau bisa juga dengan membaui (mencium) baksonya. Bila wangi daging dan harum serta penampilannya tidak terlalu gelap serta bentuknya tidak rusak atau berkesan menjijikkan maka dapat dipastikan itu terbuat dari daging sapi. Tinggal mencoba apakah rasanya seperti daging sapi atau bukan. Kita semua bisa merasakannya kok.
Sekarang Anda ingin mencoba kelezatan daging sapi asli di warung bakso AG Komsen jatiasih yang hanya seharga Rp 8.000,- Anda bisa datang berkunjung atau memesan tempat langsung dengan pak Sipan di 0813.14.356.044 atau di telpon esianya (021) 9819.2958
Sidik Rizal - kulinerkuliner.com
Cari di internet : "Bakso terenak alias terlezat di Komsen Jatiasih Bekasi", Bakso khas Nganjuk di Bekasi"
0 comments:
Posting Komentar